Nikmatin
Waktu Loe Sob!
By
: KhaniFFauzan
Seringkah
loe merasa gelisah sob?
Tak dapat di pungkiri, banyak
diantara kita para remaja yang sering merasa gelisah (bahasa kerennya galau)
dalam kesehariannya. Entah apa yang membuat kita gelisah, yang jelas rasa itu
sangat enggak nyaman!
Sekarang, gue ngerasa gelisah. Galau
banget, pengin ngapain malah bingung?
Di kos siang hari, sendirian, nglangut banget. Nganggur, nggak
ngapa-ngapain. Mau main ke kos-an temen, ya palingan mereka pada Line-an,
Whats’app-an, ato BBM-an (Ni derita orang nggak punya android), sama aja gue di
sana atau di sini. Mau tidur nggak jenak, mau belajar? Nggak mood banget!
Ngapain aja rasanya males. Palingan ya cuma facebook-an, ato baca-baca artikel
di internet.
Gue tahu, kalo rasa begini ni bukan
hanya gue yang ngalamin. Tapi semua remaja seusia gue, juga sama-sama ngalamin.
Mending daripada bosen, lebih baik main game
aja ah.
***
Dari siang hingga menjelang malam,
gue abisin waktu buat nge-game.
Malemnya, buat ganti hawa keadaan,
gue naik tuh di lantai atas kost-an. Untung aja lantai atas kosong nggak ada
bangunan kamar, cuma buat ngejemur. Sambil ngopi, gue nikmatin suasana malam
temaram dimana kota Semarang di hiasi lampu-lampu pertokoan. Lalu lalang
kendaraan melintas di jalanan, meski malam pun tetep aja bisa macet.
Kebanyakan
yang berkendara adalah remaja seusia gue, seperti konvoi bareng-bareng
boncengan laki perempuan. Gue yakin, asli, mereka awalnya juga ngerasa bosen
kayak gue nie, jadinya mereka ngabisin waktu buat jalan-jalan nggak karuan
arahnya.
Sebenarnya, apa sih yang kita
usahain buat ngabisin waktu hidup ini?
Anak kuliah mah cuma pergi kuliah
bentar, lalu pulang ke kost-an. Paling-paling kalo keluar ya main ke rumah
temen, internetan, ngobrol-ngobrol nggak penting. Abis tu balik lagi, lalu
besoknya begitu juga. Terus berputar, nggak ada abis-abisnya. Hidup hanya buat
main-main ngabisin duit ortu.
Kuliah tu buat cari ilmu, kata orang
gitu. Tapi, ilmu macam apa jika hasilnya hanya pengangguran bergelar sarjana?
Gue renungin tuh, gue resapi
maknanya. Kuliah tu sebenarnya ngapain? Lha nggak beda juga ama pengangguran
yang lain. Saat perkuliahan, isinya cuman main-main aja, materi dari dosen sama
sekali nggak masuk dalam kepala. Habis kuliah, maen sama temen. Ngapa-ngapain,
semaunya tapi semuanya nggak penting. Ach, apaan sih ini?
Itu fakta yang harus gue terima bro.
kenyataannya gitu. Remaja tu emang masa-masa bingungnya manusia. Istilah
kerennya ‘pencarian jati diri’
Gue selaku remaja, belum tahu apa
itu jati diri. Beneran.
Gue renungin lagi, kehidupan remaja
masa gue nie cenderung sangat bebas. Bebas banget, sampe mau ngapain aja
bingung. Kita hanya di suruh kuliah, belajar yang rajin aja, bergaul yang
bener, tanpa tahu gimana prakteknya. Beda sama anak kuliah tahun 70-an, zaman ‘mekak ra enak’ alias susyaaah buat hidup… sehingga belajar tu
bener-bener rajin, tahu prakteknya karena guru-gurunya yang killer tapi sungguh-sungguh dalam
mengajar, dan kuliah harus di selingi kerja pula. Beda jauh bro…
Zaman pasca reformasi, banyak
anak-anak muda bergaya hidup sebebas-bebasnya. Banyak sekali anak-anak muda
berpakaian selebor, berambut gondrong, semiran, dan sebagainya. Semua ini
sebenarnya penuh tanda tanya. Kenapa?
Sekarang emang era yang bebas, tapi
justru mengundang banyak sekali permasalahan. Belum pergaulan bebas yang makin
marak. Kelihatannya kita remaja kelihatan just
so fun aja, tapi di balik kebahagaan yang di tampilkan ada semacam
keresahan yang kita alami. Kita bebas memilih dan memutuskan semaunya,
sementara orang tua cuek, terserah mau ngapain aja.
Hmm… gue inget omongan Cak Nur dulu
dalam bukunya Imam Musbikin ’Kuncup-kuncup
Cinta di Taman Hati’, menanggapi permasalahan remaja di era reformasi.
“Pada pokoknya anak-anak muda di
kota-kota besar menikmati, tetapi juga sekaligus menderita… mereka menikmati
kebebasan untuk memilih dan memutuskan sendiri masa depan mereka, kawin dengan
siapa, bekerja macam apa, tinggal di mana, menempuh karir apa,dan jenis peranan
social mana yang hendak di jalaninya kelak. Kita katakan mereka menikmati
kebebasan itu sebab jika di banding dengan kebalikannya yaitu keadaan serba
terikat dan tergantung, maka kebebasan itu adalah suatu kenikmatan. Tetapi
sebetulnya kebebasan itu dapat berubah menjadi beban. Mereka menderita beban
kebebasan dan tanggung jawab sendiri untuk memutuskan prospek hidup mereka dan
menyiapkannya”
Gaya hidup bebas remaja, gonta-ganti
pacar, merokok, minum-minuman keras, sebetulnya merupakan gejala yang nampak
bahwa kita sebenarnya tak tahu kemana harus melangkah dan menentukan tujuan
hidup.
Mau tahu faktanya? Gue bukakin
sumbernya dulu ya….
Seperti yang di kutip oleh Yayah,
Lembaga konseling para remaja Sahabat Remaja, menemukan dari kasus yang mereka
tangani di tahun 1990 di jumpai 80 remaja 14-24 tahun yang hamil sebelum nikah.
Penelitian di Menado oleh Werouw mengambil 663 sampel acak dari 3106 orang yang
meminta induksi haid ditemukan sebanyak 473 responden yang belum menikah atau
71,3% mengalami kehamilan yang tidak di kehendaki. Dari jumlah tersebut, 291
responden atau 28,8% berusia 14-19 tahun dan 345 responden atau 52% berusia
20-14 tahun.
Masih kurang?
Dalam seminar nasional “Paradigma
Mabda/Idiologi Dunia” melalui makalahnya yang berjudul dominasi kapitalisme
barat dan tanda-tanda kehancurannya, Ismail Yusanto, menyatakan bahwa, “Negeri
yang mendewa-dewakan kebebasan termasuk kebebasan seksual-yakni Amerika Serikat
tersebut-kini tengah memetik buahnya. Tidak kurang dari 70% remaja AS
dipercayai telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bila terjadi kehamilan
dan hubungan seksual di luar nikah, jalan keluar yang lazim adalah aborsi.
Hampir 60% wanita AS di bawah 25 tahun tercatat pernah melakukan aborsi. Wanita
kulit hitam tiga kali lebih banyak dari kulit putih. Tak pelak, AS adalah
negeri dengan tindak aborsi terbesar termasuk dalam hal wanita melakukan aborsi
lebih dari dua kali. Menurut data terakhir, setiap tahun di AS terjadi tidak
kurang 1,5 juta aborsi. Sekitar 4.000 tiap hari atau satu aborsi tiap 22 detik.
Tahun1995 yang lalu misalnya, Alan Guttamacher Institute mewawancarai 320 ribu
wanita di 42 negara. Hasil studinya mengerikan : lebih dari ¼ kehamilan di
dunia berakhir dengan aborsi. Dan kalau menurut data lain, setiap tahun terjadi
190 juta kehamilan, maka calon manusia yang di musnahkan mencapai sekitar 47
juta orang!
Naudzu billahi min dzalik…….. ngeri
bener yah faktanya, ni asli lho!
Saking menderitanya kita, kita jadi
mendewakan seks sebagai tujuan hidup. Yah, mengumbar nafsu emang mantap ogg….
Tapi percaya brow, kayak gitu faktanya…
Terus, apa yang harus kita lakuin
sekarang? Bosen, tidur-tiduran, main-main nggak ada gunanya, ngabisin waktu
buat ngegame end nonton pelem, bukannya semua itu sia-sia aja?
Jawabannya adalah…. Gue juga nggak
tahu brow… dari awal gue udah ngomong kan?
Renungin sendirilah, susun rencana
hidup loe, karena masa depan hanya loe yang bisa nentuin mau ngapain aja.
Belajar yang bener, jangan cuma main-main (padahal gue juga tiap hari main-main
melulu…..) yang paling penting yaitu…
Waktu sekarang, nikmatin aja untuk
hal-hal positif.
Siapa tahu, kita udah nggak punya
waktu lagi buat besok, iye nggak?
Semarang, 4 Oktober 2016